Paprika menurut Setiadi (2008)
digolongkan ke dalam jenis cabai Eropa (sweet pepper) yang memiliki banyak nama
seperti cabai banteng atau cabai hidung banteng. Disebut cabai hidung banteng
karena bentuk buahnya mirip hidung banteng. Garis tengah buah paprika dapat
mencapai 3 inci (sekitar 7,5 cm) dan panjang 6 inci (sekitar 15 cm), paprika
tergolong berukuran sangat besar bila dibandingkan dengan cabai besar biasa
yang rata-rata garis tengahnya hanya 1 inci (sekitar 2,5 cm) dan rata-rata
panjangnya 4-5 inci (sekitar 8-10 cm). Paprika memiliki nama
latin Capsicum annuum var. grossum.
Setiadi (2008) juga lebih lanjut
menjelaskan bahwa daging paprika biasanya tebal. Kondisi buah paprika agak
keras, sehingga tahan terhadap goncangan atau disimpan dalam waktu yang lama.
Nilai ekonomis paprika terletak pada ukuran buahnya yang besar. Bobot setiap
buah dapat mencapai 350 gram atau rata-rata sekitar 250 gram. Dalam 100 gram
buah mengandung 0,06 mg tiamin, 0,08 mg riboflavin, 1 mg nikotinamida, 50-280
mg asam askorbat, 170 mg besi (Fe), 12 mg kapur (kalsium), dan 1.000-1.200 IU
vitamin.
Berikut
klasifikasi tanaman paprika (Cpsicum
annum var. Grossum) :
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub
Kelas : Asteridae
Ordo
: Solanales
Spesies
: Capsicum annuum var. grossum
Teknik budidaya paprika awalnya
dilakukan di lahan terbuka, sat ini sudah dikembangkan teknik budidaya paprika
di bawah naungan (hidroponik). Media yang dipakai dalam budidaya paprika secara
hidroponik menggunakan arang sekam, karena arang sekam mempunyai poros, dapat
menyerap nutrisi, air, oksigen dan dapat mendukung akar tanaman. Sistem
pengairan dalam budidaya hidroponik menggunakan cara fertigasi yaitu
mencampurkan air dan cairan nutrisi. Keunggulan dalam budidaya secara
hidroponik diantaranya produksi tidak tergantung musim, pemakaian air lebih
efisien, lingkungan kerja lebih bersih, kontrol air, hara dan pH lebih teliti,
harga jual komoditi lebih tinggi dibandingkan budidaya secara tradisional di
tanah, serta dapat dilakukan pada lahan atau ruang terbatas.
Cara penanaman paprika secara hidroponik
agak berbeda dengan menanam di tanah, yaitu persiapan, persemaian, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan dan panen. Komoditas paprika pada dibedakan menurut
bentuk, warna, dan ukuran. Umumnya bentuk paprika dibagi menjadi dua bentuk,
yaitu blok atau lonceng dan lonjong, tergantung varietasnya. Masing-masing
varietas memiliki keunggulan dalam kemampuan berproduksi, bentuk buah, bobot
buah, rasa buah, daya adaptasi terhadap lingkungan, dan ketahanan terhadap
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Paprika yang dibedakan menurut segi warna
utama yaitu, merah, hijau, kuning, dan orange.
Risiko produksi yang mungkin terjadi
pada saat usahatani paprika salah satu diantaranya adalah kehilangan hasil
produksi yang disebabkan / akibat dari perubahan suhu dan serangan OPT (hama
dan penyakit) yang menyerang paprika. Perubahan suhu menjadi salah satu sumber
risiko produksi paprika, hal ini disebabkan perubahan suhu sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman. Sebagai contoh saat musim hujan, suhu di dalam
greenhouse tempat pertanaman paprika dapat menjadi lembab. Hal ini dapat
menyebabkan penguapan oleh tanaman berkurang sehingga paprika menjadi busuk.
OPT utama yang berpotensi menyebabkan
kehilangan hasil pada tanaman paprika, diantaranya thrips (Thrips parvispinus),
tungau teh kuning (Polyphagotarsonemus latus), kutu daun persik (Myzus
persicae), lalat pengorok daun (Liriomyza huidobrensis), ulat grayak
(Spodoptera litura), penyakit embun tepung (Oidium sp), bercak daun serkospora
(Cercospora capsici) dan penyakit yang diakibatkan oleh virus.
1.
Hama thrips
(Thrips parvispinus. Ordo : Thysanoptera; Famili : Thripidae)
Hama thrips merupakan hama
utama yang menyebabkan kehilangan hasil pada paprika. Thrips menyerang tanaman
paprika dengan cara mengisap cairan dalam tubuh tanaman dan menyerang daun-daun
muda. Infeksi thrips menyebabkan permukaan bawah daun paprika yang terdapat
titik-titik putih keperakan bekas tusukan thrips, kemudian berubah kecokelatan.
Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas. Thrips
sering bersembunyi dan berdiam pada bunga paprika, yang berperan juga sebagai
vektor penyebaran virus. Thrips sering dijumpai pada bagian ujung daun lapisan
bawah atau pada pucuk tanaman. Bagian pucuk tanaman yang terserang terhenti
pertumbuhan tunasnya dan tanaman tumbuh kerdil. Thrips menyerang tanaman usia
3-5 bulan setelah tanam (saat tanaman panen pertama, sehingga pertumbuhan tunas
dan bunga terhambat). Thrips menyerang saat pembentukan buah dan bersembunyi
dalam bunga sehingga merusak calon buah paprika. Thrips menyerang tanaman
sepanjang tahun dan tingkat perkembangbiakan tinggi saat kemarau. Dampak
terhadap produksi paprika adalah kualitas produksi berkurang karena buah
menjadi berlurik, serta kuantitas produksi berkurang akibat tidak terbentuk
bunga. Penurunan kuantitas terjadi karena tanaman membutuhkan waktu lama untuk
berbuah karena harus membentuk tunas paprika yang baru.
Gambar 1. Gejala serangan T. parvispinus pada daun paprika
Gambar 3. Predator
Orius laevigatus yang dapat mengendalikan hama Thrips pada tanaman paprika.
2.
Kutu
daun persik (Myzus persicae) (Ordo : Homoptera; Famili : Aphididae).
Kutu daun persik berkelompok di
permukaan bawah daun paprika. Nimfa dan imago kutudaun menyerang pucuk dan daun
– daun muda dengan cara menusuk dan mengisap cairan, sehingga menyebabkan
bagian tanaman yang terserang menjadi melengkung/keriput, terpuntir, berwarna
kekuningan (klorosis), pertumbuhan tanaman terhambat, sehingga tanaman paprika
menjadi kerdil dan layu, akhirnya tanaman mati. Kutudaun menyerang tanaman
paprika sejak di pembibitan, kemudian berpindah ke lapangan. Serangan berat
(ledakan) terjadi pada musim kering/panas. Ambang Pengndalian kutudaun jika
hasil dari pengamatan jumlah kutudaun lebih dari 7 ekor per 10 daun atau
kerusakan tanaman lebih dari 15% per tanaman contoh.
3.
Lalat
pengorok daun (Liriomyza huidobrensis Blanchard) (Ordo : Diptera; Famili :
Agromyzidae).
Gejala serangan serangga dewasa
ditandai dengan adanya bintik – bintik putih akibat tusukan ovipositor pada
daun, kemudian larva yang baru keluar dari telur segera mengorok jaringan
mesofil daun dan membuat liangn korokan yang bekelok – kelok atau alur – alur
berwarna putih pada permukaan daun paprika. Lubang korokan dapat menjadi
semakin lebar dengan semakin besarnya ukuran larva. Serangan berat hampir pada
seluruh daun yang penuh dengan korokan, akhirnya mengakibatkan daun mengering
seperti terbakar.
4.
Hama
tungau Polyphagotarsonemus latus Banks (Ordo : Acarina; Famili : Tarsonemidae). Biasanya menyerang paprika pada bagian bawah daun dimana tungau biasa mengisap
daun, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan bentuk yang abnormal, seperti
daun menebal, kaku, dan melengkung ke bawah, tepi daun mengeriting, serta warna
daun berubah menjadi tembaga/kecokelatan. Pada serangan berat, tunas dan bunga
tanaman paprika menjadi gugur. . Tungau banyak terdapat pada musim kemarau,
pada daun terserang tungau akan timbul bercak – bercak kecil kemudian daun
menjadi kuning lalu gugur. Gejala serangan yang ditimbulkan tungau, tanaman
terserang mengerut, mengeriting atau menggulung, terjadi perubahan warna dan
pertumbuhan tidak normal. Ambang pengendalian untuk hama tungau, dari hasil
pengamatan jika didapatkan kerusakan tanaman paprika lebih dari 15% per
tanaman.
5.
Ulat
grayak.
Ulat grayak biasanya menyerang
dengan gejala awal serangan, daun – daun paprika meranggas dan
berlubang-lubang. Ulat grayak mulai memakan daun dari bagian tepi kemudian ke
bagian atas dan bawah daun. Pada tingkat serangan tinggi, daun paprika yang
tertinggal hanya epidermisnya saja, sehingga daun tidak berfungsi normal dalam proses
fotosintesis, akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat dan produktivitas nya
menurun. Serangan awal ulat grayak memperlihatkan adanya lubang - lubang pada
daun, lama kelamaan daun habis dan hanya tinggal tulang daun.
6.
Penyakit
embun tepung.
Penyakit embun tepung disebabkan
oleh jamur Oidium sp. Jamur ini kadang – kadang menyerang biji yang sedang
berkecambah sehingga biji menjadi keropos dan akhirnya mati. Jamur ini
menyerang daun pertama pada kecambah sehingga tanaman menjadi kerdil. Tanaman
kerdil dapat tumbuh terus tapi pada daun – daunnya terdapat bercak hitam.
Penyakit embun tepung menyerang pada musim hujan dan kemarau. Gejala ditandai
dengan adanya bercak – bercak klorosis atau kekuningan di antara tulang –
tulang daun (mirip dengan gejala karena kekurangan unsur hara), kemudian bercak
berubah warna menjadi putih seperti warna tepung di atas permukaan daun.
Meskipun petani selalu menggunakan fungisida secara rutin, tetapi kehilangan
hasil yang disebabkan oleh serangan penyakit embun tepung berkisar 5 – 40 %.
Ambang pengendalian untuk penyakit embun tepung yaitu jika intensitas serangan
penyakit di pertanaman mencapai 5%.
7.
Penyakit
bercak daun serkospora.
Penyakit bercak daun serkospora disebabkan
oleh jamur patogen Cercospora capsici Heal et Wolf. C. capsici dapat menyerang
semua bagian tanaman, yaitu daun, tangkai daun, batang, tangkai bunga dan bunga
namun jarang terjadi pada buah. Serangan pada daun dapat menimbulkan
“defoliasi”. Bercak pada daun berbentuk bulat sirkuler, bagian tengah berwarna
abu – abu tua, dengan bagian pinggir berwarna cokelat tua. Bercak juga
mempunyai jalur – jalur sepusat yang tampak lebh jelas jika dilihat pada
permukaan atas daun. Bercak berukuran 0,25 cm, dapat meluas hingga mempunyai
garis tengah 0,5 cm atau lebih.
Gambar
4. Gejala penyakit bercak daun serkospora.
8.
Penyakit
yang diakibatkan oleh virus; penyakit virus pada tanaman paprika dapat
disebabkan oleh salah satu atau gabungan dari berbagai jenis virus, yaitu virus
mosaik tembakau, (tobacco mosaic virus : TMV), virus mosaic ketimun (cucumber
mosaic virus : CMV), virus kentang Y (potato virus Y : OYV), dan virus kentang
X (potato virus X : PVX). Umumnya tanaman yang terserang virus ini memperlihatkan
pertumbuhan terhambat, kerdil, daun mosaik atau belang bervariasi antara hijau
muda dan tua atau hijau dan kekuningan. Biasanya daun menjadi salah bentuk,
menjadi lebih panjang atau pendek, mengerut dan terpuntir, bahkan lembaran daun
menghilang yang tinggal hanya tulang dan urat daun saja (seperti tali sepatu).
Serangan virus mosaik ketimun menghasilkan buah kecil – kecil dan sering timbul
bintik – bintik yang bentuknya mirip seperti jerawat atau kutil.
Berikut
merupakan pengendalian OPT
tanaman paprika :
1. 1. Pengamatan
OPT secara terjadwal - Pengamatan OPT dilakukan secara terjadual, yaitu
seminggu sekali, mulai 1 hari setelah tanam. Tujuan dilakukan pengamatan adalah
untuk mengevaluasi efikasi pestisida atau tindakan pengendalian yang telah
dilakukan. Jika pestisida atau tindakan pengendalian yang dilakukan terbukti
tidak efektif, maka harus dilakukan penggantian penggunaan pestisida atau cara
pengendaliannya. Jenis OPT yang harus diamati pada tanaman paprika adalah
sebagai berikut : populasi thrips dan intensitas kerusakan yang ditimbulkannya;
populasi kutudaun, intensitas kerusakan tanaman oleh tungau, populasi ulat
grayak, intensitas serangan penyakit virus, intensitas serangan penyakit embun
tepung dan intensitas serangan bercak daun serkospora. - Untuk memantau
perkembangan OPT pada tanaman paprika, sebaiknya hasil pengamatan digambarkan
pada kertas grafik, jika ada kecenderungan populasi atau intensitas serangannya
meningkat, maka harus dicari alternatif pengendaliannya yang lain.
2. 2. Pemasangan
perangkap hama - Pada saat tanam dipasang perangkap hama yang berwarna kuning
atau biru. Perangkap hama dibuat dari tripleks yang berukuran 15 cm x 20 cm,
yang dicat warna kuning atau biru. - Selanjutnya perangkap tersebut diolesi
dengan lotion lalu dipasang di atas kanopi tanaman paprika. Setiap minggu
tinggi perangkap dinaikkan sesuai dengan perkembangan tinggi tanaman.
3. 3. Pengendalian
secara mekanik - Pada saat tanaman mulai berbunga, dilakukan pengambilan thrips
dari bunga dengan menggunakan cotton bud (kapas) yang diolesi dengan minyak
lavender. Pengambilan thrips dilakukan bersamaan dengan “pewiwilan” (membuang
daun atau tunas daun yang sudah tua) dengan interval waktu 3 hari. - Khusus
untuk tanaman paprika yang terserang penyakit virus sebaiknya langsung dicabut
dan dibuang atau dimusnahkan.
4. 4. Penyemprotan
pestisida - Aplikasi pestisida dilakukan mulai umur tanaman 14 hari setelah
tanam, dengan interval aplikasi 3 – 4 hari. Tindakan pengendalian dengan
pestisida dilakukan bila OPT telah mencapai Ambang Pengendalian masing – masing
OPT.
j
5. 6. Panen
dan pascapanen - Pemanenan dilakukan jika kematangan buah > 90%. - Pemanenan
dilakukan pada pagi hari setelah dilakukan penyiraman pertama. - Pemetikan buah
dilakukan secara hati – hati, jangan sampai batang tanaman patah. - Sebelum
dilakukan pengepakan, buah paprika hasil panen dicuci dengan air bersih lalu
dikeringkan dengan menggunakan lap kering. Buah dimasukkan ke dalam kotak
plastik atau karton yang telah dilapisi dengan kertas koran, selanjutnya
disimpan di dalam ruangan yang lembab.
Daftar
Pustaka :
Setiadi.
2008. Bertanam Cabai Edisi Revisi.
Penebar swadaya: Jakarta.
Hendry Puguh Susetyo. 2017. Fungsional
POPT Ahli Muda Direktorat Perlindungan Hortikultura.
Huffaker, C.B. dan
Messenger, P.S. l989. Teori dan Praktek Pengendalian
Biologis.
Penerbit Universitas indonesia. 352 hal.