Sabtu, 01 Desember 2018

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada Tanaman Paprika (Capsicum annum var. Grossum) dan Pengendalian Terpadu


Paprika menurut Setiadi (2008) digolongkan ke dalam jenis cabai Eropa (sweet pepper) yang memiliki banyak nama seperti cabai banteng atau cabai hidung banteng. Disebut cabai hidung banteng karena bentuk buahnya mirip hidung banteng. Garis tengah buah paprika dapat mencapai 3 inci (sekitar 7,5 cm) dan panjang 6 inci (sekitar 15 cm), paprika tergolong berukuran sangat besar bila dibandingkan dengan cabai besar biasa yang rata-rata garis tengahnya hanya 1 inci (sekitar 2,5 cm) dan rata-rata panjangnya 4-5 inci (sekitar 8-10 cm). Paprika memiliki nama latin Capsicum annuum var. grossum.
Setiadi (2008) juga lebih lanjut menjelaskan bahwa daging paprika biasanya tebal. Kondisi buah paprika agak keras, sehingga tahan terhadap goncangan atau disimpan dalam waktu yang lama. Nilai ekonomis paprika terletak pada ukuran buahnya yang besar. Bobot setiap buah dapat mencapai 350 gram atau rata-rata sekitar 250 gram. Dalam 100 gram buah mengandung 0,06 mg tiamin, 0,08 mg riboflavin, 1 mg nikotinamida, 50-280 mg asam askorbat, 170 mg besi (Fe), 12 mg kapur (kalsium), dan 1.000-1.200 IU vitamin.

Berikut klasifikasi tanaman paprika (Cpsicum annum var. Grossum) :
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas        : Asteridae
Ordo                : Solanales
Famili              : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus              : Capsicum
Spesies            : Capsicum annuum var. grossum

Teknik budidaya paprika awalnya dilakukan di lahan terbuka, sat ini sudah dikembangkan teknik budidaya paprika di bawah naungan (hidroponik). Media yang dipakai dalam budidaya paprika secara hidroponik menggunakan arang sekam, karena arang sekam mempunyai poros, dapat menyerap nutrisi, air, oksigen dan dapat mendukung akar tanaman. Sistem pengairan dalam budidaya hidroponik menggunakan cara fertigasi yaitu mencampurkan air dan cairan nutrisi. Keunggulan dalam budidaya secara hidroponik diantaranya produksi tidak tergantung musim, pemakaian air lebih efisien, lingkungan kerja lebih bersih, kontrol air, hara dan pH lebih teliti, harga jual komoditi lebih tinggi dibandingkan budidaya secara tradisional di tanah, serta dapat dilakukan pada lahan atau ruang terbatas.
Cara penanaman paprika secara hidroponik agak berbeda dengan menanam di tanah, yaitu persiapan, persemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan panen. Komoditas paprika pada dibedakan menurut bentuk, warna, dan ukuran. Umumnya bentuk paprika dibagi menjadi dua bentuk, yaitu blok atau lonceng dan lonjong, tergantung varietasnya. Masing-masing varietas memiliki keunggulan dalam kemampuan berproduksi, bentuk buah, bobot buah, rasa buah, daya adaptasi terhadap lingkungan, dan ketahanan terhadap Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Paprika yang dibedakan menurut segi warna utama yaitu, merah, hijau, kuning, dan orange.
Risiko produksi yang mungkin terjadi pada saat usahatani paprika salah satu diantaranya adalah kehilangan hasil produksi yang disebabkan / akibat dari perubahan suhu dan serangan OPT (hama dan penyakit) yang menyerang paprika. Perubahan suhu menjadi salah satu sumber risiko produksi paprika, hal ini disebabkan perubahan suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Sebagai contoh saat musim hujan, suhu di dalam greenhouse tempat pertanaman paprika dapat menjadi lembab. Hal ini dapat menyebabkan penguapan oleh tanaman berkurang sehingga paprika menjadi busuk.
OPT utama yang berpotensi menyebabkan kehilangan hasil pada tanaman paprika, diantaranya thrips (Thrips parvispinus), tungau teh kuning (Polyphagotarsonemus latus), kutu daun persik (Myzus persicae), lalat pengorok daun (Liriomyza huidobrensis), ulat grayak (Spodoptera litura), penyakit embun tepung (Oidium sp), bercak daun serkospora (Cercospora capsici) dan penyakit yang diakibatkan oleh virus.

1.      Hama thrips (Thrips parvispinus. Ordo : Thysanoptera; Famili : Thripidae)
Hama thrips merupakan hama utama yang menyebabkan kehilangan hasil pada paprika. Thrips menyerang tanaman paprika dengan cara mengisap cairan dalam tubuh tanaman dan menyerang daun-daun muda. Infeksi thrips menyebabkan permukaan bawah daun paprika yang terdapat titik-titik putih keperakan bekas tusukan thrips, kemudian berubah kecokelatan. Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas. Thrips sering bersembunyi dan berdiam pada bunga paprika, yang berperan juga sebagai vektor penyebaran virus. Thrips sering dijumpai pada bagian ujung daun lapisan bawah atau pada pucuk tanaman. Bagian pucuk tanaman yang terserang terhenti pertumbuhan tunasnya dan tanaman tumbuh kerdil. Thrips menyerang tanaman usia 3-5 bulan setelah tanam (saat tanaman panen pertama, sehingga pertumbuhan tunas dan bunga terhambat). Thrips menyerang saat pembentukan buah dan bersembunyi dalam bunga sehingga merusak calon buah paprika. Thrips menyerang tanaman sepanjang tahun dan tingkat perkembangbiakan tinggi saat kemarau. Dampak terhadap produksi paprika adalah kualitas produksi berkurang karena buah menjadi berlurik, serta kuantitas produksi berkurang akibat tidak terbentuk bunga. Penurunan kuantitas terjadi karena tanaman membutuhkan waktu lama untuk berbuah karena harus membentuk tunas paprika yang baru.

Gambar 1. Gejala serangan T. parvispinus pada daun paprika


            Gambar 2. Gejala serangan T. Parvispinus pada buah paprika




Gambar 3. Predator Orius laevigatus yang dapat mengendalikan hama Thrips pada tanaman paprika.

2.      Kutu daun persik (Myzus persicae) (Ordo : Homoptera; Famili : Aphididae).
Kutu daun persik berkelompok di permukaan bawah daun paprika. Nimfa dan imago kutudaun menyerang pucuk dan daun – daun muda dengan cara menusuk dan mengisap cairan, sehingga menyebabkan bagian tanaman yang terserang menjadi melengkung/keriput, terpuntir, berwarna kekuningan (klorosis), pertumbuhan tanaman terhambat, sehingga tanaman paprika menjadi kerdil dan layu, akhirnya tanaman mati. Kutudaun menyerang tanaman paprika sejak di pembibitan, kemudian berpindah ke lapangan. Serangan berat (ledakan) terjadi pada musim kering/panas. Ambang Pengndalian kutudaun jika hasil dari pengamatan jumlah kutudaun lebih dari 7 ekor per 10 daun atau kerusakan tanaman lebih dari 15% per tanaman contoh.

3.      Lalat pengorok daun (Liriomyza huidobrensis Blanchard) (Ordo : Diptera; Famili : Agromyzidae).
Gejala serangan serangga dewasa ditandai dengan adanya bintik – bintik putih akibat tusukan ovipositor pada daun, kemudian larva yang baru keluar dari telur segera mengorok jaringan mesofil daun dan membuat liangn korokan yang bekelok – kelok atau alur – alur berwarna putih pada permukaan daun paprika. Lubang korokan dapat menjadi semakin lebar dengan semakin besarnya ukuran larva. Serangan berat hampir pada seluruh daun yang penuh dengan korokan, akhirnya mengakibatkan daun mengering seperti terbakar.

4.      Hama tungau Polyphagotarsonemus latus Banks (Ordo : Acarina; Famili : Tarsonemidae). Biasanya menyerang paprika pada bagian bawah daun dimana tungau biasa mengisap daun, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan bentuk yang abnormal, seperti daun menebal, kaku, dan melengkung ke bawah, tepi daun mengeriting, serta warna daun berubah menjadi tembaga/kecokelatan. Pada serangan berat, tunas dan bunga tanaman paprika menjadi gugur. . Tungau banyak terdapat pada musim kemarau, pada daun terserang tungau akan timbul bercak – bercak kecil kemudian daun menjadi kuning lalu gugur. Gejala serangan yang ditimbulkan tungau, tanaman terserang mengerut, mengeriting atau menggulung, terjadi perubahan warna dan pertumbuhan tidak normal. Ambang pengendalian untuk hama tungau, dari hasil pengamatan jika didapatkan kerusakan tanaman paprika lebih dari 15% per tanaman.

5.      Ulat grayak.
Ulat grayak biasanya menyerang dengan gejala awal serangan, daun – daun paprika meranggas dan berlubang-lubang. Ulat grayak mulai memakan daun dari bagian tepi kemudian ke bagian atas dan bawah daun. Pada tingkat serangan tinggi, daun paprika yang tertinggal hanya epidermisnya saja, sehingga daun tidak berfungsi normal dalam proses fotosintesis, akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat dan produktivitas nya menurun. Serangan awal ulat grayak memperlihatkan adanya lubang - lubang pada daun, lama kelamaan daun habis dan hanya tinggal tulang daun.

6.      Penyakit embun tepung.
Penyakit embun tepung disebabkan oleh jamur Oidium sp. Jamur ini kadang – kadang menyerang biji yang sedang berkecambah sehingga biji menjadi keropos dan akhirnya mati. Jamur ini menyerang daun pertama pada kecambah sehingga tanaman menjadi kerdil. Tanaman kerdil dapat tumbuh terus tapi pada daun – daunnya terdapat bercak hitam. Penyakit embun tepung menyerang pada musim hujan dan kemarau. Gejala ditandai dengan adanya bercak – bercak klorosis atau kekuningan di antara tulang – tulang daun (mirip dengan gejala karena kekurangan unsur hara), kemudian bercak berubah warna menjadi putih seperti warna tepung di atas permukaan daun. Meskipun petani selalu menggunakan fungisida secara rutin, tetapi kehilangan hasil yang disebabkan oleh serangan penyakit embun tepung berkisar 5 – 40 %. Ambang pengendalian untuk penyakit embun tepung yaitu jika intensitas serangan penyakit di pertanaman mencapai 5%.

7.      Penyakit bercak daun serkospora.
Penyakit bercak daun serkospora disebabkan oleh jamur patogen Cercospora capsici Heal et Wolf. C. capsici dapat menyerang semua bagian tanaman, yaitu daun, tangkai daun, batang, tangkai bunga dan bunga namun jarang terjadi pada buah. Serangan pada daun dapat menimbulkan “defoliasi”. Bercak pada daun berbentuk bulat sirkuler, bagian tengah berwarna abu – abu tua, dengan bagian pinggir berwarna cokelat tua. Bercak juga mempunyai jalur – jalur sepusat yang tampak lebh jelas jika dilihat pada permukaan atas daun. Bercak berukuran 0,25 cm, dapat meluas hingga mempunyai garis tengah 0,5 cm atau lebih.

                        Gambar 4. Gejala penyakit bercak daun serkospora.

8.      Penyakit yang diakibatkan oleh virus; penyakit virus pada tanaman paprika dapat disebabkan oleh salah satu atau gabungan dari berbagai jenis virus, yaitu virus mosaik tembakau, (tobacco mosaic virus : TMV), virus mosaic ketimun (cucumber mosaic virus : CMV), virus kentang Y (potato virus Y : OYV), dan virus kentang X (potato virus X : PVX). Umumnya tanaman yang terserang virus ini memperlihatkan pertumbuhan terhambat, kerdil, daun mosaik atau belang bervariasi antara hijau muda dan tua atau hijau dan kekuningan. Biasanya daun menjadi salah bentuk, menjadi lebih panjang atau pendek, mengerut dan terpuntir, bahkan lembaran daun menghilang yang tinggal hanya tulang dan urat daun saja (seperti tali sepatu). Serangan virus mosaik ketimun menghasilkan buah kecil – kecil dan sering timbul bintik – bintik yang bentuknya mirip seperti jerawat atau kutil.

Berikut merupakan pengendalian OPT tanaman paprika :
1.      1. Pengamatan OPT secara terjadwal - Pengamatan OPT dilakukan secara terjadual, yaitu seminggu sekali, mulai 1 hari setelah tanam. Tujuan dilakukan pengamatan adalah untuk mengevaluasi efikasi pestisida atau tindakan pengendalian yang telah dilakukan. Jika pestisida atau tindakan pengendalian yang dilakukan terbukti tidak efektif, maka harus dilakukan penggantian penggunaan pestisida atau cara pengendaliannya. Jenis OPT yang harus diamati pada tanaman paprika adalah sebagai berikut : populasi thrips dan intensitas kerusakan yang ditimbulkannya; populasi kutudaun, intensitas kerusakan tanaman oleh tungau, populasi ulat grayak, intensitas serangan penyakit virus, intensitas serangan penyakit embun tepung dan intensitas serangan bercak daun serkospora. - Untuk memantau perkembangan OPT pada tanaman paprika, sebaiknya hasil pengamatan digambarkan pada kertas grafik, jika ada kecenderungan populasi atau intensitas serangannya meningkat, maka harus dicari alternatif pengendaliannya yang lain.

2.      2. Pemasangan perangkap hama - Pada saat tanam dipasang perangkap hama yang berwarna kuning atau biru. Perangkap hama dibuat dari tripleks yang berukuran 15 cm x 20 cm, yang dicat warna kuning atau biru. - Selanjutnya perangkap tersebut diolesi dengan lotion lalu dipasang di atas kanopi tanaman paprika. Setiap minggu tinggi perangkap dinaikkan sesuai dengan perkembangan tinggi tanaman.

3.      3. Pengendalian secara mekanik - Pada saat tanaman mulai berbunga, dilakukan pengambilan thrips dari bunga dengan menggunakan cotton bud (kapas) yang diolesi dengan minyak lavender. Pengambilan thrips dilakukan bersamaan dengan “pewiwilan” (membuang daun atau tunas daun yang sudah tua) dengan interval waktu 3 hari. - Khusus untuk tanaman paprika yang terserang penyakit virus sebaiknya langsung dicabut dan dibuang atau dimusnahkan.

4.     4.  Penyemprotan pestisida - Aplikasi pestisida dilakukan mulai umur tanaman 14 hari setelah tanam, dengan interval aplikasi 3 – 4 hari. Tindakan pengendalian dengan pestisida dilakukan bila OPT telah mencapai Ambang Pengendalian masing – masing OPT. 
j
 5. Penggunaan musuh alami dan pestisida nabati. - Musuh alami digunakan untuk menyeimbangkan keadan lingkungan disekitar tanaman, sehingga ekosistem di alam tetap stabil. Sedangkan pestisida nabati digunakan untuk pengganti pestisida kimia, supaya tanaman tetap terjaga keorganikannya. Misalnya yang telah dikemukakan oleh Huffaker dan Messenger (l989)  menemukan enam famili tungau yang bersifat predator  hama tungau Tetranychus yaitu Bdellidae, Trombidiidae, Anystidae, Erytraeidae, Stigmaeidae, dan Phytoseiidae.   Pada  spesies-spesies dari empat famili pertama  kurang berperan dalam menurunkan populasi Tetranychus, diduga bahwa Tetranychus  hanya merupakan inang alternatif, bila mangsa utama tidak didapatkan. Untuk pestisida alami mengatasi daun yang keriput bisa menggunakan larutan bawang putih.

5.      6. Panen dan pascapanen - Pemanenan dilakukan jika kematangan buah > 90%. - Pemanenan dilakukan pada pagi hari setelah dilakukan penyiraman pertama. - Pemetikan buah dilakukan secara hati – hati, jangan sampai batang tanaman patah. - Sebelum dilakukan pengepakan, buah paprika hasil panen dicuci dengan air bersih lalu dikeringkan dengan menggunakan lap kering. Buah dimasukkan ke dalam kotak plastik atau karton yang telah dilapisi dengan kertas koran, selanjutnya disimpan di dalam ruangan yang lembab.

Daftar Pustaka :
Setiadi. 2008. Bertanam Cabai Edisi Revisi. Penebar swadaya: Jakarta.
Hendry Puguh Susetyo. 2017. Fungsional POPT Ahli Muda Direktorat Perlindungan Hortikultura.
      Huffaker, C.B. dan Messenger, P.S.  l989.  Teori dan Praktek Pengendalian Biologis. 
      Penerbit Universitas indonesia.  352 hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar